Sabtu, 20 Maret 2010

MISTERI NUSANTARA: HUBUNGAN ANTARA BENUA ATLANTIS dan Bani Al JAWI

“Teori ilmiah itu benar karena sampai saat ini belum ada yang membenarkannya”(Karl Raimund Popper)


SELAMA ratusan tahun kita telah terkungkum oleh teori-teori dan aturan-aturan barat, sehingga kita sebagai manusia yang berasal dari belahan dunia bagian timur merasa bahwa semua yang dikatakan orang-orang(ilmuwan-ilmuwan) Eropa atau orang-orang Amerika itu tidak dapat disangkal atau disalahkan sebagai contoh kecil adalah ilmu sejarah dan arkeologi.

Kedatangan ilmuwan barat untuk meneliti peradaban, kebudayaan, kesenian daerah di Indonesia sudah terjadi pada masa penjajahan Belanda di Nusantara dan ternyata penelitian bangsa barat terhadap sajarah Indonesia juga di amini oleh para pakar sejarah dan arkeologi di Indonesia, tanpa mencoba untuk berani mencari bukti-bukti tentang peradaban bangsa nusantara jauh ribuan tahun yang lalu.

Indonesia selama ini dianggap sebagai Negara kelas 3 dan peradaban manusia di nusantara dimulai kurang lebih abad 1-5 M patut untuk dipertanyakan kembali, mengingat berbagai bukti bahwa bangsa Indonesia dan manusia yang hidup di nusantara sudah jauh mengenal peradaban ribuan tahun sebelum masehi bahkan mampu melebihi atau menyaingi peradaban bangsa yunani dan mesir yang berumur sekitar 5000-4000SM.

Hal ini diperkuat dengan adanya bukti-bukti yang menandakan bahwa peradaban manusia di nusantara juga patut disandingkan dengan peradaban manusia di mesir, yunani ataupun cina. Dengan diketemukannya sebuah keris di kuil Okinawa jepang, setidaknya menjadi perbincangan hangat dikalangan ahli sejarah di Indonesia pada khususnya. Kuil Okinawa sendiri adalah kuil yang telah berumur ratusan bahkan ribuan tahun.

Penemuan keris di kuil Okinawa, Jepang



Setidaknya tidak hanya sampai disitu saja, penemuan kota kuno Jawa di Jordania menjadikan bukti lain bahwa sebenarnya bangsa kita bukan bangsa kelas 3 dan peradaban bangsa kita sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Para ahli arkeologi dan sejarah di Jordania memperkirakan bahwa kota kuno Jawa tersebut berumur kurang lebih 4000SM






Penemuan lain juga ditemukan di beberapa daerah di Afrika dimana didaerah tersebut terdapat beberapa tanaman endemik khas nusantara dan diketemukannya kapal yang hampir mirip dengan kapal pinisi dan terbuat dari kayu jati. Bahkan dalam buku “The Phantom Voyager” karya Robert Dick-Read yang telah diterjemahkan leh Mizan dengan judul “Penjelajah Bahari. Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika” dengan jelas digambarkan bagaimana dan mengapa para penjelajah nusantara pada abad 5 bahkan di duga jauh sebelum sudah mampu mencapai afrika bahkan melewati tanjung harapan yang baru mampu di lewati bangsa Eropa 1000 tahun kemudian. Tentu saja prediksi Robert Dick Read tidak terlalu mencengangkan jika melihat bagaimana Anak-anak suku bajo ketika masih berusia 1-2 tahun bahkan sudah belajar berenang. Selain kemampuan beradaptasi di laut tentunya juga ditunjang dengan kemampuan membuat kapal kayu yang mampu mengarungi samudra. Replika ‘kapal Borobudur’ yang mampu mengarungi samudra hingga mencapai Afrika pada tahun 2004 sudah membuktikan hal tsb. Dengan mampu menaklukan samudra mereka juga berarti menguasai perdagangan lintas samudra.
Benua Atlantis yang Hilang
“Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.”(plato)

Kurang lebih setidaknya terdapat hampir 50.000 buku dan berbagai tulisan di media cetak maupun Novel diseluruh dunia yang menuliskan tentang misteri benua atlantis. Plato filsuf asal yunani yang menceritakan bagaimana benua Atlantis yang maju dan makmur, negri atau kerajaan dengan peradaban manusia yang melebihi pada zamannya hancur hanya dalam satu malam karena bencana alam yang sangat dasyat.
Kisah Plato tentang benua Atlantis yang hilang itu cukup menggemparkan pada masa itu 2000SM, setidaknya para ilmuwan dan filsafat berdebat mengenai cerita Plato tersebut. Hingga pada abad pertengahan pencarian dan berbagai tulisan mengenai benua atlantis yang hilang ini mereda. Namun kembali gencar dan panas kembali pada tahun 1800an, dimna para ahli ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology mencari dimana sebetulnya letak benua yang hilanag tersebut seperti yang dikisahkan oleh Plato.
Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa benua yang hilang itu terdapat di kepulauan Indonesia jika dilihat dari berbagai kekayaan di Indonesia. Namuan yang paling menggemparkan tentu saja buku yang ditulis oleh Prof. Arysio Nunes Dos Santos, dengan bukunya yang berjudul “Atlantis The Lost Continents Finally Found” yang dimana dalam penelitian dan mencari sumber dan data prof yang berasal dari Brazil telah menghabiskan kurang lebih 29 tahun, bahkan bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Menurutnya ini adalah iklan gratis untuk memperkenalkan Negara Indonesia dan santospun tidak mengharapkan bayaran 1sen pun kepada pemerintahan RI.
Prof. Santos menyimpulkan bahwa selain kekayaan hasil alam, emas, Batu mulia yang membuat prediksi Santos mendekati kebenaran adalah terdapat beberapa gunung yang masih aktif di Indonesia, gunung krakatau yang terkenal di dunia akibat letusannya yang dahsyat sekitar 1800an, bahkan konon letusannya 50X dari bom Hiroshima dan menyebabkan tsunami. Santos menyimpulkan bahwa 10.000SM gunung krakatau juga telah meletus bahkan lebih dahsyat dari tahun 1800an selain gunung krakatau, juga meletus gunung bromo, sumbing dan beberapa gunung lainnya. Dari hasil tersebut maka terpisahlah benua Atlantis menjadi beberapa pulau yang kini menjadi kepulauan nusantara atau Negara Indonesia.

Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.

Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.

Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.

Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.

Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.

Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.

Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.

Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’
Jika pernyataan Prof. Santos ini benar, maka jika kita membaca dari berbagai kitab suci yang menccritakan bencana banjir Nabi Nuh juga disimpilkan terjadi sekitar 11.000-10.000SM yang menenggelamkan sebagian daratan di muka bumi ini karena akibat dari ulah manusia yang tak taat dengan perintah Tuhan sang pencipta alam.

dipost dari email http://bejanakacaku.blogspot.com/ ke account Red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar